KRITIK NORMATIF
Kritik normatif merupakan suatu kritik yang
didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan
spesifik.
JENIS –JENIS METODA KRITIK NORMATIF
Karena kompleksitas, abstraksi dan
kekhususannya kritik normatif perlu dibedakan dalam metode sebagai berikut :
• Metoda Doktrin ( satu norma yang bersifat
general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
• Metoda Sistemik ( suatu norma penyusunan
elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan)
• Metoda Tipikal ( suatu norma yang
didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik)
• Metoda Terukur ( sekumpulan dugaan yang
mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif)
Kritik Tipikal
Masjid Agung Demak
Untuk tugas kritik normative ini saya akan menggunakan Metode Kritik Tipikal. Dalam kritik ini, objek yang akan saya gunakan adalah Masjid Agung Demak, dimana objek ini merupakan bangunan tempat ibadah seluruh umat muslim khususnya di kota Demak, Jawa Tengah.
MASJID AGUNG DEMAK
Denah Masjid Agung Demak
Interior
Bangunan Masjid Agung Demak
Bangunan kompleks Masjid Agung Demak memiliki
beberapa ciri khas diantaranya :
- Perwujudan
akulturasi budaya,
- Teknik
rancang bangun tanpa paku
- Pembuatan
soko guru.
Fasilitas : Parkir, Taman, Gudang, Tempat
Penitipan Sepatu/Sandal, Kamar Mandi/WC,
Tempat Wudhu, Sarana Ibadah , Museum Masjid Agung Demak
Daya Tampung Jamaah : 1000 orang
Luas keseluruhan bangunan utama Masjid Agung
Demak adalah 31 x 31 m2. Di samping bangunan utama, juga terdapat serambi
masjid yang berukuran 31 x 15 m dengan panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug
dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3 m.
Serambi masjid berbentuk bangunan yang
terbuka. Bangunan masjid ditopang dengan 128 soko, yang empat di antaranya
merupakan soko guru sebagai penyangga utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid
berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang
kelilingnya berjumlah 16 buah.
Masjid ini memiliki keistimewaan berupa
arsitektur khas ala Nusantara. Masjid ini menggunakan atap limas bersusun tiga
yang berbentuk segitiga sama kaki. Atap limas ini berbeda dengan umumnya atap
masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan bentuk kubah. Ternyata model
atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna, yaitu bahwa seorang beriman perlu
menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya: iman, Islam, dan ihsan.
Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu
bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat,
shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang
juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT,
malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan
qadha-qadar-Nya.
BENTUK
ATAP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar