Arsitek
perancang bangunan ini merupakan arsitek pertama di Indonesia, yaitu Marius J.
Hulswit. Hulswit merupakan supervisor dari pembangunan gedung Algemenee di
Surabaya karya HP Berlage. Untuk itu kesan arsitek Berlage sangat kental dalam
bangunan yang di rancang oleh Hulswit. Sudah terbukti di beberapa gedung
rancangannya seperti gedung ANIEM, gedung
kantor Geowehry di jalan Rajawali
juga di beberapa gedung Bank Indonesia di beberapa kota di Indonesia yang
memiliki langgam dan ciri yang mirip.
(sumber:http://ayorek.org/2014/05/signature-berlage-di-gedung-aperdi-algemeene/#sthash.up9ErIU6.dpbs)
Dari
gambar paling kiri merupakan gedung Algemeene.
Kantor Ainem di Gemblongan, Hulswit sangat menggemari gaya neo-klasik pada
setiap rancangannya, namun dengan seiringnya waktu, gaya rancangan Hulswit kian
mendekati modern awal, hal tersebut dapat dirasakan pada gaya arsitektur Kantor
Pelayanan Pajak Tambora. Langgam yang terdapat pada bangunan kantor pelayanan
pajak tambora adalah campuran gaya neo-klasik dan modernisasi awal. Langgam
neo-klasik dapat terlihat pada pilar-pilar yang berjajar dengan gaya abad
pertengahan dan jendela kaca yang melengkung. Sedangkan untuk langgam
modernisasi awal terdapat pada fasad yang memiliki detail polos.
Karakteristik bangunannya digambarkan seperti ini :
(dalam Handinoto,1994)
1. Tatanan Ruang
: Denahnya simetris, bertembok tebal dengan langit2 tinggi, lantai marmer, di
tengah ruang disebut 'central room' yang luas berhubungan langsung dengan
beranda depan dan belakang, sayap kiri dan kanan terdapat deretan kamar tidur.
fasilitas servis biasanya terpisah. di depan bangunan utama biasanya ada jalan
melingkar untuk kendaraan dengan ditanami pohon-pohon cantik.
2. Bagian depan
dan belakang bangunan (di ujung) terdapat deretan kolom gaya Yunani (doric,
ionic, korintian) sebagai penyangga konstruksi atap.
3. Biasanya
(walau tidak selalu) terdapat pedimen (gewel depan) segitiga di fasadnya.
4. Seiringnya
perkembangan kota, lahan di kota menjadi padat. dan di tahun menuju 1800an
akhir, gaya ini menyesuaikan dengan lahan yang makin sempit, tidak selalu ada
bagian jalan melingkar dengan taman, kolom-kolom berkembang dengan ornamen
besi.
Ciri – ciri arsitek Berlage :
1. Lengkung bata
segmental diapit batu (segmental brick
arches framed by stone blocks). Di gedung Algemeene Surabaya, lengkung ini
masih tampil dengan susunan bata, tapi di De Nederlanden, susunan bata tidak
tampak. Yang tersisa hanyalah bentuk lengkung yang sering muncul dalam desain
mediteran.
2. Pilar bergaya
abad pertengahan (medievalizing piers). Pilar non-struktural ini sering muncul
menjadi dekorasi khas Berlage. Gaya lengkung pilar ini diambil Berlage dari
model abad pertengahan. Sepertinya, menjadi salah satu kebiasaan para arsitek
yang membuat terobosan untuk tidak melihat gaya arsitektur masa sebelumnya yang
dekat dengan zamannya. Berlage mengadopsi gaya arsitektur dari zaman dahulu,
jauh ke belakang dari abad 13-14 an. Hal yang sama dilakukan para pelopor
gerakan neoklassik, neorenessan, neogothic dst.
3. Korbel
berundak (stepped corbel). Korbel berundak ini muncul di desain Batavia secara
sederhana (di pintu masuk). Ciri korbel berundak ini juga dipinjam Cuypers
dalam desain sebuah rumah di jalan Jan Luykenstraat, Amsterdam (1903). Di
Gedung Algemeene Surabaya, korbel berundak ini diambil alih oleh dua buah patung
singa di depan pintu masuk.
(sumber:http://ayorek.org/2014/05/signature-berlage-di-gedung-aperdi-algemeene/#sthash.up9ErIU6.dpbs )